PENYAKIT JANTUNG KORONER
PENDAHLUAN
Kebutuhan oksigen
miokardium dapat terpenuhi jika terjadi keseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen. Penurunan suplai oksigen miokard dapat membahayakan fungsi
miokardium. Penyakit jantung koroner disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen miokardium. Bila kebutuhan
oksigen miokardium meningkat, maka suplai oksigen juga harus meningkat. Peningkatan
kebutuhan oksigen terjadi pada: takikardia, peningkatan kontraktilitas miokard,
hipertensi, hipertrofi, dan dilatasi ventrikel. Untuk meningkatkan suplai
oksigen dalam jumlah yang memadai aliran pembuluh koroner harus ditingkatkan.
Empat faktor
yang mempengaruhi kebutuhan oksigen jantung :
•
Frekuensi denyut jantung
•
Daya kontraksi
•
Massa otot
•
Tegangan dinding ventrikel
Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen dapat disebabkan :
•
Penyempitan arteri koroner (aterosklerosis), dimana merupakan
penyebab tersering.
•
Penurunan aliran darah (cardiac output).
•
Peningkatan kebutuhan oksigen miokard
•
Spasme arteri koroner.
Suply Demand
Suply Demand
Suply Demand
PATOGENESIS
Aterosklerosis
pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteria koronaria yang paling
sering ditemukan. Pada aterosklerosis koroner terdapat penimbunan lipid dan
jaringan fibrosa pada arteria koronaria sehingga mempersempit lumen pembuluh
darah koroner.
Mekanisme aterosklerosis:
•
Pada tunika intima timbul endapan lipid
yang mengandung banyak kolesterol.
•
Timbul kompleks plak aterosklerotik yang
terdiri dari lemak, jaringan fibrosa, kolagen, kalsium, debris seluler dan
kapiler.
•
Perubahan degeneratif dinding arteria.
•
Penyempitan lumen arteria koronaria.
FAKTOR RESIKO PJK
Faktor Resiko Ireversibel:
•
Usia
•
Jenis kelamin
•
Riwayat Keluarga / genetik
•
Ras
Faktor Resiko Reversibel:
•
Hiperlipidemia, hiperkolesterol
•
Hipertensi
•
Merokok
•
Diabetes mellitus
•
Obesitas
•
Stress psikologik
•
Tipe kepribadian
•
Kurang aktifitas olahraga
MANIFESTASI KLINIK
•
Tanpa gejala
•
Angina pektoris
•
Infark miokard akut
•
Aritmia
•
Payah jantung
•
Kematian mendadak
PATOFISOLOGI
Iskemia
Iskemia adalah
suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat sementara dan reversibel. Penurunan
suplai oksigen akan meningkatkan mekanisme metabolisme anaerobik. Iskemia yang
lama dapat menyebabkan kematian otot atau nekrosis. Keadaan nekrosis yang
berlanjut dapat menyebabkan kematian otot jantung (infark miokard). Ventriekel
kiri merupakan ruang jantung yang paling rentan mengalami iskemia dan infark,
hal ini disebabkan kebutuhan oksigen ventrikel kiri lebih besar untuk
berkontraksi. Metabolisme anaerobik sangat tidak efektif selain energi yang
dihasilkan tidak cukup besar juga meningkatkan pembentukan asam laktat yang
dapat menurunkan PH sel (asidosis). Iskemia secara khas ditandai perubahan
EKG: T inversi, dan depresi segmen ST.
Gabungan efek
hipoksia, menurunnya suplai energi, serta asidosis dapat dengan cepat
mengganggu fungsi ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi pada daerah yang terserang
mengalami gangguan, serabut ototnya memendek, serta daya kecepatannya menurun. Perubahan
kontraksi ini dapat menyebakan penurunan curah jantung. Iskemia dapat
menyebabkan nyeri sebagai akibat penimbunan asam laktat yang berlebihan. Angina
pektoris merupakan nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium.
Angina pektoris
dapat dibagi: angina pektoris stabil (stable angina), angina pektoris tidak
stabil (unstable angina), angina variant (angina prinzmetal).
Angina Pektoris Stabil: Nyeri
dada yang tergolong angina stabil adalah nyeri yang timbul saat melakukan
aktifitas. Rasa nyeri tidak lebih dari 15 menit dan hilang dengan
istirahat.
Angina Pektoris Tidak Stabil (UAP): Pada
UAP nyeri dada timbul pada saat istirahat, nyeri berlangsung lebih dari 15
menit dan terjadi peningkatan rasa nyeri.
Angina Varian: Merupakan angina
tidak stabil yang disebabkan oleh spasme arteri koroner.
Infark
Iskemia yang
berlangsung lebih dari 30 menit dapat menyebabkan kerusakan sel yang
ireversibel dan kematian otot (nekrosis). Bagian miokardium yang mengalami
nekrosis atau infark akan berhenti berkontraksi secara permanen.
ASUHAN KEPERAWATAN
•
Pengkajian: keluhan nyeri, riwayat penyakit, faktor resiko.
•
Pemeriksaan fisik: TTV, perfusi perifer, capillary reffil,
pulsasi arteri, bunyi jantung: S3, S4, murmur, bunyi paru: ronchi, whezing.
•
Respon psikologis: depresi, gelisah, cemas.
•
EKG: T inversi, ST depresi
•
Laboratorium: darah rutin, enzym
jantung, lipid profile.
•
Ekokardiogram
•
Kateterisasi jantung
•
Foto thoraks
DIAGNOSA KEPERAWATAN
•
Penurunan perfusi jaringan jantung
•
Perubahan pola nafas
•
Perubahan rasa nyaman; nyeri
•
Intoleransi aktifitas
•
Kecemasan
PENATALAKSANAAN
•
Penatalaksanaan paling efektif adalah
mendeteksi faktor resiko dan menguranginya.
•
Mengurangi kebutuhan oksigen jantung
dengan menurunkan kerja jantung
•
Meningkatkan suplai oksigen jantung
•
Revaskularisasi koroner
Revaskularisasi Koroner
Revaskularisasi koroner
merupakan cara untuk dapat memperbaiki vaskularisasi pembuluh darah ke jantung.
3 mekanisme revaskkularisasi
koroner adalah: PTCA
(Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty), Revaskularisasi bedah dengan
CABG, Terapi Trombolitik.
PROGRAM REHABILITASI PJK
Rehabilitasi pada penyakit
jantung merupakan rangkaian usaha untuk membantu penyembuhan pasien agar dapat
kembali dengan cepat pada kehidupan normalnya. Rehabilitasi pada PJK bertujuan
untuk memulihkan kondisi fisik, mental, dan sosial seseorang seoptimal mungkin
sehingga dicapai kemampuan diri sendiri untuk menjalankan aktifitas dirumah
maupun pekerjaaan.
Program Fase I
Program
diberikan pada semua pasien yang masih dalam perawatan di RS. Program
dilaksanakan sesegera mungkin pada pasien dengan hemodinamik stabil sejak dari
ICCU, ruang rawat inap, hingga pasien pulang. Lama latihan: 7-14 hari. Jenis
latihan: pemanasan 5 menit yang mencakup latihan otot lengan, tungkai, pinggul
secara ritmik dan berulang. Komponen latihan intinya adalah jalan/sepeda statis
dengan beban yang ditingkatkan secara bertahap sesuai respon latihan. Latihan
diakhiri dengan pendinginan selama 5 menit.
Program Fase II
Merupakan
program lanjutan yang pelaksanaannya sesegera mungkin setelah pasien pulang ke
rumah. Lama latihan: 6-8 minggu dilaksanakan 3x/minggu selama satu jam. Jenis
latihan: pemanasan berupa stretching selama 5-10 menit, dilanjutkan bersepeda
statis dan jalan kaki selama 30-45 menit. Latihan diakhiri dengan pendinginan
selama 10 menit.
Program Fase III
Merupakan
program jangka panjang dengan basis komunitas. Dilaksanakan setelah pasien
menyelesaikan program fase II melalui uji latih jantung dan mencapai kapasitas
aerobik. Lama latihan: 1-3 bulan
Patofisiologi
Faktor Resiko
Aterosklerosis
Pß Suplai Darah Miokard
Iskemia Miokard
Nekrosis/Infark Miokard
Pß Kontraktilitas Miokard
Pß Curah Jantung
Gagal Jantung
Kematian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar