Selasa, 31 Januari 2012

Syukuri dan terus Kejar Impian


Masih ingat di benak kita, waktu kecil ketika ditanya, "Apa cita-citamu?" Dengan lantang kita menjawab: "Saya ingin jadi presiden!" Atau, "Saya ingin jadi dokter!" Dsb. Namun ketika beranjak dewasa, saat menjadi mahasiswa, pertanyaan serupa, bisa jadi jawabannya berubah: "Tidak usah dipikir, yang penting bisa lulus dulu!"
Banyak mahasiswa yang awalnya menghendaki masuk ke perguruan tinggi idaman atau ambil jurusan favoritnya, ketika tidak tercapai secara drastis sikap mentalnya menurun. Akibatnya mereka menjalani masa perkuliahannya dengan apa adanya.
Padahal jika kita terus optimis dan bertekad baja, impian masih bisa diraih. Kita sering mengetahui, banyak orang sukses yang dahulunya hanya berlatar belakang dari perguruan tinggi di daerah dan jurusan yang kurang favorit. Perbedaannya mereka memiliki kemauan kuat dan berusaha penuh totalitas untuk mewujudkan impiannya.
Maka sepatutnya kita mensyukuri setiap keadaan yang diberikan. Bangkit dari rasa malas dan buang keraguan. Miliki motivasi yang kuat, bahwa keberhasilan itu sesuatu yang indah dan membahagiakan. Untuk meraihnya harus tekun belajar, disiplin, dan terus mengembangkan keahlian. Bercermin dari keberhasilan orang lain, bila perlu minta saran atau nasihat untuk kemajuan diri.
Keadaan kita hari ini tidak menunjukkan keadaan di masa depan. Justru apa yang ada di pikiran dan hati kita saat inilah yang akan menentukan masa depan. Kita sering membaca profil mahasiswa yang berprestasi yang dulunya lebih kurang beruntung dibanding keadaan kita. Jadikan hal itu sebagai cambuk bahwa jika keadaan kita saat ini lebih baik dari keadaan mereka, maka masa depan kita seharusnya bisa lebih luar biasa.
Jika kita mempunyai keadaan yang sama, itu berarti masa depan kita masih terbuka untuk berprestasi. Impian dan target hidup terutama sukses di dunia perkuliahan masih bisa kita kejar dan raih. Dengan semangat itu maka impian yang sempat tertunda karena keraguan, dapat kita tunjukkan dengan usaha yang maksimal.

7 Fakta Menarik Payudara

Bagi setiap wanita, payudara merupakan salah satu aset paling berharga dari tubuh mereka. Selain melambangkan keindahan dan feminitas, fakta juga menunjukkan bahwa payudara mampu membangkitkan hasrat seksual.

Sebenarnya, masih banyak lagi fakta mengejutkan seputar payudara, yang sebelumnya mungkin tidak pernah Anda ketahui. Berikut adalah 7 fakta menarik soal payudara wanita, seperti yang dipaparkan dalam Times of India:

1. Payudara kiri biasanya lebih besar
Memang agak sulit untuk melihatnya. Tetapi, umumnya ukuran payudara sebelah kiri selalu lebih besar ketimbang sebelah kanan. Ukuran dan bentuk kedua payudara tidak mungkin bisa sama. Bahkan, puting payudara juga memiliki ukuran yang bervariasi satu sama lain.

2. Ada rambut halus pada puting payudara
Tumbuhnya rambut-rambut halus pada dada pria mungkin sudah biasa. Tapi bagaimana jika hal ini terjadi pada wanita? Benar. Wanita juga memiliki rambut yang tumbuh pada payudara, tepatnya pada area puting. Bahkan, komedo dan jerawat juga bisa muncul pada payudara Anda.

3. Payudara wanita rata-rata beratnya 0,5 kg
Payudara rata-rata beratnya sekitar 0,5 kilogram. Setiap payudara menyumbang 4-5 persen dari lemak tubuh. Dengan demikian, 1 persen dari berat total tubuh seorang wanita berasal dari lemak di payudara. Payudara bisa membesar ketika wanita menginjak usia dewasa. Tapi ingat, wanita perokok cenderung memiliki payudara yang kendur ketimbang mereka yang tidak merokok.

4. Lebih dari 2 juta wanita punya payudara palsu
Sebut saja misalnya Pamela Anderson dan Katie Price. Lebih dari 2 juta wanita memiliki implan payudara. Angka ini menunjukkan bahwa banyak wanita yang memperhatikan payudara mereka. Tetapi kenyataannya, tidak semua wanita yang melakukan operasi payudara puas dengan hasil yang diperoleh. Riset menunjukkan bahwa rata-rata usia wanita yang menggunakan implan adalah 34 tahun.

5. Payudara menjadi lebih besar saat terangsang
Sama halnya seperti penis, payudara akan membesar dan menjadi tegang saat terangsang. Hal ini berlaku pula pada puting payudara.

6. Payudara menjadi tidak nyaman ketika terguncang
Sejumlah aktivitas fisi seperti jogging, berjalan, dan aerobik dapat menyebabkan goyangan atau guncangan pada payudara. Oleh sebab itu, kenakan bra dengan ukuran yang tepat guna meminimalkan gerakan sehingga Anda juga dapat mengurangi nyeri pada payudara. Ingat, fungsi utama dari bra adalah untuk melindungi kesehatan payudara Anda.

7. Payudara bisa berubah bentuk
Kedengarannya memang agak aneh, tapi posisi telungkup saat tidur diyakini dapat mengubah bentuk payudara. Penting untuk selalu menjaga posisi tidur dalam kondisi yang benar sehingga dapat menjaga kekencangan dan bentuk payudara Anda. Posisi tidur terbaik adalah dengan cara tidur menyamping dan menggunakan bantal sebagai alas untuk menjaga bentuk payudara tetap terpelihara ketika tidur.

Ukur Tensi Harus di Kedua Lengan

Mengukur tekanan darah atau tensi selama ini selalu dilakukan pada satu bagian lengan saja. Padahal, untuk mendapatkan perhitungan yang lebih tepat, pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada kedua bagian lengan.

Sebuah riset terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet merekomendasikan pentingnya untuk melakukan pengukuran tekanan darah pada kedua lengan secara rutin. Pasalnya, apabila terjadi perbedaan tekanan darah antara lengan kiri dan kanan bisa menjadi indikasi adanya masalah kesehatan.
Penelitian menemukan, perbedaan nilai tekanan darah yang besar pada kedua lengan dapat meningkatan risiko penyakit pembuluh darah dan kematian. Meskipun telah ada pedoman menyatakan bahwa tekanan darah harus diukur di kedua lengan, tetapi dalam praktiknya rekomendasi ini masih jarang dilakukan oleh para tenaga kesehatan.

Dalam risetnya, Dr Christopher Clark bersama timnya dari Peninsula College of Medicine and Dentistry University of Exeter Inggris melakukan review terhadap 28 penelitian terdahulu untuk melihat adanya perbedaan hasil tekanan darah pada kedua lengan. Hasil analisa menunjukkan, kebanyakan peserta dalam penelitian memiliki risiko hipertensi dan sepertiga di antaranya memiliki tingkat risiko yang normal.

Studi ini menyimpulkan bahwa perbedaan tekanan darah sistolik sebesar 10 milimeter air raksa (mm Hg) antara lengan kanan dan kiri dapat mengidentifikasi risiko tinggi penyakit pembuluh darah perifer (PVD) asimtomatik (tanpa gejala). Sementara itu, perbedaan sebesar 15 mm Hg juga mengindikasikan adanya peningkatan risiko penyakit serebrovaskular, dan 70 persen peningkatan risiko kematian akibat kardiovaskular, dan 60 persen risiko meninggal akibat beragam penyebab.
Dengan temuan ini, Clark berharap agar pemeriksaan tensi di kedua lengan menjadi sebuah pedoman.  Penyakit pembuluh darah perifer (PVD) adalah kondisi di mana terjadi penyempitan dan pengerasan arteri yang memasok darah ke kaki, biasanya terjadi tanpa ada gejala.

Di Inggris, program tes kesehatan untuk pasien  di atas 40 tahun, termasuk di antaranya pemeriksaan hipertensi, menganjurkan bahwa pemeriksaan tekanan darah harus dilakukan pada kedua lengan. "Tetapi survey menunjukkan bahwa  rata-rata tenaga medis tidak melakukannya," kata Dr Clark.
Sementara itu Prof Richard J McManus dari Universitas Oxford dan Prof Jonathan Mant dari Departemen Kesehatan dan Perawatan Primer di University of Cambridge dalam komentarnya yang dimuat The Lancet menilai bahwa temuan Clark ini mendukung panduan yang sudah digariskan tentang pengukuran tensi. 

"Diperlukan penelitian lanjutan untuk mengklarifikasi apakah perbedaan tekanan antara lengan bisa menjadi faktor risiko penyakit kardiovaskular.  Kepastian dari perbedaan (tekanan darah) ini perlu dijadikan sebagai pelayanan rutin, yang sejalan dengan rekomendasi yang kini sudah banyak ditinggalkan," tulis mereka.

Sementara itu Natasha Stewart, perawat senior khusus dari British Heart Foundation mengatakan, mengukur tekanan darah pada kedua lengan untuk mengidentifikasi ada tidaknya penyakit vaskular secara teoretis sangatlah mudah dan sederhana.

"Tetapi terlalu dini untuk mengatakan apakah anjuran ini bisa menjadi bagian dari praktik perawatan kesehatan standar. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi temuan ini," katanya.

Atasi Sress di tempat Kerja

Stress di tempat kerja..???

Penyebab


  1. Kondisi kerja yang selalu berada di bawah tekanan
  2. Ketidakjelasan tugas yang diberikan
  3. Kurangnya perencanaan kerja
  4. Adanya ancaman di kalangan karyawan
  5. Teriakan dan makian para konsumen
  6. Teman kerja yang selalu mengganggu
  7. Ketidaknyamanan fisik, seperti suara mesin yang ribut, ventilasi yang kurang dsb.
  8. dan yang paling buruk, tidak adanya perbaikan untuk mengatasi masalah-masalah diatas.

PPNI

Tips atasi stress


  1. Rencanakan aktivitas anda
  2. Ingatlah cara mengatasi masalah masa lalu
  3. Bangun iklim kerja yang menyenangkan
  4. Mengerti tugas dan tanggung jawab
  5. Lakukan break beberapa kali selama bekerja
  6. Pendelegasian tugas
  7. Pertahankan semangat tim
  8. Sediakan lingkungan kerja yang baik

Tips hidup lebih bahagia


  1. Jangan takut dan khawatir
    • Perasaan takut dan khawatir merupakan pikiran kita yang paling tidak produktif. Sebagian besar hal-hal yang kita khawatirkan atau takutkan tidak pernah terjadi. Jadi untuk apa kita khawatir dan takut?
  2. Jangan Pernah Menyimpan Dendam
    • Dendam adalah hal terbesar dan akan menjadi beban terberat jika kita menyimpannya di dalam hati. Maukah anda membawanya sepanjang hidup? …. Saya rasa tidak. Jangan sia-siakan energi kita dengan menyimpan dendam, sudah pasti tidak ada gunanya. Gunakanlah energi kita tersebut untuk hal-hal yang positif
  3. Fokus pada satu masalah
    • Jika kita memiliki beberapa masalah, selesaikanlah masalah kita satu per satu. Jangan terpikirkan untuk menyelesaikan masalah secara sekaligus karena justru akan membuat kita semakin stress
  4. Jangan membawa tidur masalah
    • Masalah adalah hal yang sangat buruk untuk kesehatan tidur kita. Pikiran bawah sadar kita adalah hal yang luar biasa yang dapat membuat kita gelisah dan tidur kita menjadi tidak nyenyak.
  5. Jangan mengambil masalah orang lain
    • Membantu orang lain yang sedang dalam masalah adalah hal yang mulia, tetapi jika kita mengambil porsi terbesar untuk menyelesaikan masalah orang lain tersebut justru itulah kesalahan terbesar. Biarkanlah orang tersebut yang menyelesaikan masalahnya sendiri dengan porsi terbesar.
  6. Jangan hidup di masa lalu
    • Konsentrasilah dengan apa yang terjadi saat ini, karena kita pun akan bisa merasakan banyak kebahagiaan di saat ini. Saya yakin kita akan mempunyai perasaan yang jauh lebih berbahagia jika kita merayakan apa yang terjadi saat ini dibanding dengan mengingat-ngingat kebahagiaan di masa lalu.
  7. Jadilah pendengar yang baik
    • Sebetulnya dengan belajar mendengarkan orang lain, kita akan mendapatkan banyak hal baru yang dapat sangat berguna bagi kebahagiaan hidup kita.
  8. Jangan biarkan frustasi mengacaukan
    • Kasihanilah diri kita lebih dari apa pun, maksud saya adalah janganlah kita menyerah pada frustasi. Maju terus. Ambillah tindakan-tindakan positif dan lakukanlah dengan konsisten.
  9. Bersyukurlah…
    • Bersyukur dan berterimakasihlah atas semua yang kita dapatkan, bukan hanya hal yang positif saja tetapi juga hal yang negatif, karena saya percaya dibalik setiap hal yang negatif tersebut ada hal baik yang bisa kita pelajari.

Tranfusi Darah

Transfusi Darah - Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang di lakukan pada klien yang membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan set transfusi.
Pemberian transfusi darah digunakan untuk memenuhi volume sirkulasi darah, memperbaiki kadar hemoglobin dan protein serum. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang kehilangan, seperti pada operasi besar, perdarahan post partum, kecelakaan, luka bakar hebat, dan penyakit kekurangan kadar Hb atau kelainan darah
Tindakan transfusi darah juga bisa dilakukan pada pasien yang mengalami defisit cairan atau curah jantung menurun.
Dalam pemberian darah harus di perhatikan kondisi pasien, kemudian kecocokan darah melalui nama pasien, label darah, golongan darah, dan periksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak), homogenitas (bercampur rata atau tidak).

Tujuan Transfusi Darah

  1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma atau heragi).
  2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien anemia.
  3. Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi sulih (misalnya: faktor pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).

Alat dan Bahan Transfusi Darah

  1. Standar Infus
  2. Set Transfusi (Tranfusi Set)
  3. Botol berisi NaCl 0,9%
  4. Produk darah yang benar sesuai program medis
  5. Pengalas
  6. Torniket
  7. Kapas alkohol
  8. Plester
  9. Gunting
  10. Kassa steril
  11. Betadine
  12. Sarung tangan

Prosedur Kerja Transfusi Darah

  1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
  2. Cuci tangan
  3. Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk digunakan setelah transfusi darah
  4. Gunakan slang infus yang mempunyai filter (slang 'Y' atau tunggal).
  5. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% (baca: Prosedur pemasangan infus) terlebih dahulu sebelum pemberian transfusi darah
  6. Lakukan terlebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa identifikasi kebenaran produk darah : periksa kompatibilitas dalam kantong darah, periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien, periksa kadaluwarsanya, dan periksa adanya bekuan
  7. Buka set pemberian darah
    1. Untuk slang 'Y', atur ketiga klem
    2. Untuk slang tunggal, klem pengatur pada posisi off
  8. Cara transfusi darah dengan slang 'Y' :
    1. Tusuk kantong NaCl 0,9%
    2. Isi slang dengan NaCl 0,9%
    3. Buka klem pengatur pada slang 'Y', dan hubungkan ke kantong NaCl 0,9%
    4. Tutup/klem pada slang yang tidak di gunakan
    5. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruang filter terisi sebagian)
    6. Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan slang terisi NaCl 0,9%
    7. Kantong darah perlahan di balik-balik 1 - 2 kali agar sel-selnya tercampur. Kemudian tusuk kantong darah pada tempat penusukan yang tersedia dan buka klem pada slang dan filter terisi darah
  9. Cara transfusi darah dengan slang tunggal :
    1. Tusuk kantong darah
    2. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk sehingga filter terisi sebagian
    3. Buka klem pengatur, biarkan slang infus terisi darah
  10. Hubungkan slang transfusi ke kateter IV dengan membuka klem pengatur bawah
  11. Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit pertama, dan tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya
  12. Setelah darah di infuskan, bersihkan slang dengan NaCl 0,9%
  13. Catat type, jumlah dan komponen darah yang di berikan
  14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
transfusi darah

Referensi

A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, “Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia” Penulis: A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, Musrifatul Uliyah, S.Kp; Editor: Monica Ester.- Jakarta : EGC : 2004

Read more: Transfusi Darah

KDM Abraham Maslow

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun psikologis.

  1. Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia
    1. Penyakit.
      Jika dalam keadaan sakit maka beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih besar dari biasanya.
    2. Hubungan keluarga.
      Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya.
    3. Konsep diri.
      Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan bagi seseorang. Konsep diri yang sehat memberikan perasaan yang positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang sehat sehingga lebih mudah memenuhi kebutuhan dasarnya
    4. Tahap perkembangan.
      Setiap tahap perkembangan manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.
  2. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow
    Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tahun 1908 dan wafat pada tahun 1970 dalam usia 62 tahun. Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan).
    Abraham Maslow

    Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Hierarchy of needs (hirarki kebutuhan) dari Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki 5 macam kebutuhan yaitu physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and security needs (kebutuhan akan rasa aman), love and belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri).
    1. Kebutuhan fisiologis (Physiological)
      Jenis kebutuhan ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar semua manusia seperti, makan, minum, menghirup udara, dan sebagainya. Termasuk juga kebutuhan untuk istirahat, buang air besar atau kecil, menghindari rasa sakit, dan seks. Jika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka tubuh akan menjadi rentan terhadap penyakit, terasa lemah, tidak fit, sehingga proses untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya dapat terhambat. Hal ini juga berlaku pada setiap jenis kebutuhan lainnya, yaitu jika terdapat kebutuhan yang tidak terpenuhi, maka akan sulit untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
    2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safety and security needs)
      Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas, proteksi dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa cemas dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya
    3. Kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki (love and Belonging needs)
      Ketika seseorang merasa bahwa kedua jenis kebutuhan di atas terpenuhi, maka akan mulai timbul kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki. Hal ini dapat terlihat dalam usaha seseorang untuk mencari dan mendapatkan teman, kekasih, anak, atau bahkan keinginan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas tertentu seperti tim sepakbola, klub peminatan dan seterusnya. Jika tidak terpenuhi, maka perasaan kesepian akan timbul.
    4. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs)
      Kemudian, setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi, akan timbul kebutuhan akan harga diri. Menurut Maslow, terdapat dua jenis, yaitu lower one dan higher one. Lower one berkaitan dengan kebutuhan seperti status, atensi, dan reputasi. Sedangkan higher one berkaitan dengan kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat timbul perasaan rendah diri dan inferior.
    5. Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization)
      Kebutuhan terakhir menurut hirarki kebutuhan Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri. Menurut Abraham Maslow, kepribadian bisa mencapai peringkat teratas ketika kebutuhan-kebutuhan primer ini banyak mengalami interaksi satu dengan yang lain, dan dengan aktualisasi diri seseorang akan bisa memanfaatkan faktor potensialnya secara sempurna.

Referensi :


  1. Bobak, K. Jensen, 2005, Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC
  2. Elly, Nurrachmah, 2001, Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung Seto, Jakarta.
  3. Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.
  4. Engenderhealt. 2000. Infection Prevention, New York.
  5. JHPIEGO, 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan, Buku 5 Asuhan Bayi Baru Lahir Jakarta. Pusdiknakes.
  6. JNPK_KR.2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
  7. Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.
  8. Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice : Sixth edition, Menlo Park, Calofornia.
  9. Potter, 2000, Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.
  10. Samba, Suharyati, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC

Menyiapkan Tempat Tidur Terbuka Dan Tertutup


Menyiapkan tempat tidur merupakan prosedur pemenuhan kebutuhan diri dan lingkungan dengan memberikan tempat tidur yang sesuai dengan kebutuhan klien.

Dikatakan tempat tidur terbuka bila tempat tidur dalam keadaan terbuka atau tidak tertutup dengan sprei besar setelah terpasang sprei, perlak, selimut dan sarung bantal yang tidak ditutup secara keseluruhan oleh sprei besar (Dalam kondisi terbuka).

Tempat tidur tertutup adalah tempat tidur yang setelah dipasang seperangkat alat seperti sprei, perlak, slimut dan sarung abantal kemudian ditutup secara keseluruhan dengan sprei besar sehingga semuanya dalam kondisi tertutup.

Tujuan Tindakan

Pemenuhan kebutuhan ini untuk memberi kenyamanan pada pasien dalam memenuhi kebutuhan dirinya.

Alat dan Bahan

  1. Tempat tidur, kasur dan bantal
  2. Sprei Besar
  3. Sprei Kecil
  4. Sarung Bantal
  5. Perlak
  6. Selimut

Prosedur Kerja

  1. Cuci tangan
  2. Atur tempat tidur, kasur dan bantal
  3. Pasang sprei besar dengan garis tengah lipatan tepat di tengah kasur / tempat tidur, bagian atas sprei dimasukkan dibawah kasur kemudian bagian atasnya
  4. Atur sisi kedua samping seprei atau tempat tidur dengan sudut 900, lalu masukkan kebawah kasur (NB: Lihat Gambar)
  5. Pasang perlak di tengah tempat tidur
  6. Pasang sprei kecil di atas perlak
  7. Lipatkan selimut menjadi 4 secara terbalik dan pasang bagian bawah, ujung selimut masukkan kedalam bawah kasur
  8. Pasang sarung bantal
  9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Menyiapkan Tempat Tidur Terbuka Dan Tertutup

Posting ini berlanjut tentang Merawat Kulit pada Daerah Tertekan

Buku

A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, “Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia” Penulis: A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, Musrifatul Uliyah, S.Kp; Editor: Monica Ester.- Jakrata : EGC : 2004

Read more: Menyiapkan Tempat Tidur Terbuka Dan Tertutup

Personal Hygiene Merawat Gigi dan Mulut



Merawat gigi dan mulut merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang di hospitalisasi. Tindakan ini dapat dilakukan oleh pasien yang sadar secara mandiri atau dengan bantuan perawat. Untuk pasien yang tidak mampu mempertahankan kebersihan mulut dan gigi secara mandiri harus dibantu sepenuhnya oleh perawat.

Tujuan

  1. Mencegah infeksi gusi dan gigi
  2. Mempertahankan kenyamanan rongga mulut

Alat dan Bahan


  1. Handuk dan kain pengalas
  2. Gelas kumur berisi
    1. Air masak / NaCl
    2. Obat kumur
    3. Borax glicerin
  3. Spatel lidah yang telah dibingkus dengan kain kassa
  4. Kapas lidi
  5. Bengkok
  6. Kain kassa
  7. Pinset atau arteri klem
  8. Sikat gigi dan pasta gigi

Prosedur Kerja


Untuk Pasien tidak sadar
  1. Jelaskan prosedur pada pasien walaupun pasien tidak sadar
  2. Cuci tangan
  3. Atur posisi dengan posisi tidur miring kanan / kiri
  4. Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang dibasahi air hangat / masak
  5. Gunakan tong spatel (sudip lidah) untuk membuka mulut pada saat membersihkan gigi / mulut
  6. Lakukan pembersihan dimulai dari dinding rongga mulut, gusi, gigi dan lidah
  7. Keringkan dengan kasa steril yang kering
  8. Setelah bersih, oleskan Borax Gliserin
  9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Untuk Pasien sadar tetapi tidak mampu melakukan sendiri

  1. Jelaskan prosedur pada pasien
  2. Cuci tangan
  3. Atur posisi pasien duduk,/li>
  4. Pasang handuk di bawah dagu
  5. Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang dibasahi air hangat / masak
  6. Kemudian bersihkan pada daerah mulut mulai rongga mulut, gusi, gigi dan lidah. Lalu bilas dengan larutan NaCl
  7. Setelah bersih, oleskan Borax Gliserin
  8. Untuk perawatan gigi, lakukan penyikatan dengan gerakan naik-turun
  9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan


Buku

A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, “Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia” Penulis: A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, Musrifatul Uliyah, S.Kp; Editor: Monica Ester.- Jakrata : EGC : 2004

LP Chronic Kidney Disease


CKD ( CHRONIC KIDNEY DISEASE )

A.                PENGERTIAN

       Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626)
        Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368)
        Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).  (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
         Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)

B.                 ETIOLOGI

            Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doenges, 1999; 626)
Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain:
·           Infeksi misalnya pielonefritis kronik
·           Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
·           Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
·           Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
·           Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus ginjal
·           Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
·           Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
·           Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.

C.                PATOFISIOLOGI

            Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
            Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
            Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
·         Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik.
·         Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
·         Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814)

D.                MANIFESTASI KLINIS

1.      Manifestasi klinik  antara lain (Long, 1996 : 369):
a.       Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi
b.      Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
2.      Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin -  angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
3.      Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a.       Sistem kardiovaskuler
·         Hipertensi
·         Pitting edema
·         Edema periorbital
·         Pembesaran vena leher
·         Friction sub pericardial
b.      Sistem Pulmoner
·         Krekel
·         Nafas dangkal
·         Kusmaull
·         Sputum kental dan liat
c.       Sistem gastrointestinal
·         Anoreksia, mual dan muntah
·         Perdarahan saluran GI
·         Ulserasi dan pardarahan mulut
·         Nafas berbau amonia
d.      Sistem muskuloskeletal
·         Kram otot
·         Kehilangan kekuatan otot
·         Fraktur tulang
e.       Sistem Integumen
·         Warna kulit abu-abu mengkilat
·         Pruritis
·         Kulit kering bersisik
·         Ekimosis
·         Kuku tipis dan rapuh
·         Rambut tipis dan kasar
f.        Sistem Reproduksi
·         Amenore
·         Atrofi testis

E.                 PEMERIKSAAN PENUNJANG

            Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara sebagai berikut:
1.      Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi.
2.      Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa pembesaran ginjal.
3.      Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit

F.                 PENCEGAHAN

            Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis.
            Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001)

G.                PENATALAKSANAAN

1.      Dialisis (cuci darah)
2.      Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih)
3.      Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
4.      Transfusi darah
5.      Transplantasi ginjal

I.                   DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut Doenges (1999) dan Lynda Juall (2000), diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien CKD adalah:
1.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat.
2.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan udem sekunder: volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O.
3.      Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
4.      Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder, kompensasi melalui alkalosis respiratorik.
5.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2 ke jaringan menurun.
6.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, keletihan.


J.                  INTERVENSI

1.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat
Tujuan:
Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil :
mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi:
a.       Auskultasi bunyi jantung dan paru
R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
b.      Kaji adanya hipertensi
R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)
c.       Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10)
R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
d.      Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia

2.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output
Intervensi:
a.       Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
b.      Batasi masukan cairan
R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi
c.       Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
d.      Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan haluaran
R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output

3.      Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil: menunjukan BB stabil
Intervensi:
a.       Awasi konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
b.      Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi
c.       Beikan makanan sedikit tapi sering
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
d.      Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial
e.       Berikan perawatan mulut sering
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan

4.      Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui alkalosis respiratorik
Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil
Intervensi:
a.       Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret
b.      Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam
R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2
c.       Atur posisi senyaman mungkin
R: Mencegah terjadinya sesak nafas
d.      Batasi untuk beraktivitas
R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia

5.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis
Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil :
-          Mempertahankan kulit utuh
-          Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit
Intervensi:
a.       Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya kemerahan
R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi.
b.      Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa
R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan
c.       Inspeksi area tergantung terhadap udem
R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek
d.      Ubah posisi sesering mungkin
R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia
e.       Berikan perawatan kulit
R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit
f.       Pertahankan linen kering
R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit
g.      Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan pada area pruritis
R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera
h.      Anjurkan memakai pakaian katun longgar
R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit

6.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, keletihan
Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
Intervensi:
a.       Pantau pasien untuk melakukan aktivitas
b.      Kaji fektor yang menyebabkan keletihan
c.       Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
d.      Pertahankan status nutrisi yang adekuat













DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Doenges E,  Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai Penerbit FKUI











H.            PATHWAYS